Rabu, 29 Agustus 2007
Malaysia vs Indonesia
8/29/2007 08:18:00 PM | 
Diposting oleh
jankherdie
Serumpun itulah yang sering kita dengar jika kita membicarakan antara Malaysia dan Indonesia. Kita tentu masih Ingat tahun 80 an banyak sekali Mahasiswa-mahasiswa Malaysia yang belajar dibanyak Perguruan Tinggi Negeri kita yang terkemuka, dan tentu saja kita sangat "welcome" menerima mereka.
Tahun demi tahun berlalu kemajuan melaju dengan pesatnya di Negara Saudara kita, sedangkan kita tetap "lari ditempat" bahkan sesekali jatuh tersandung berbagai masalah. Dan tentu saja kita tetap bersaudara dengan kawan kita yang satu rumpun yang belakangan menjadi negara tujuan untuk para pencari nafkah yang ingin keluarganya tetap dapat hidup dengan layak (selayaknya bangsa Indonesia), dalam paradigma pendidikan pun mulai bergeser, kita akan lebih bangga belajar di Malaysia daripada di negeri sendiri, yang notabene dulunya belajar sama kita. Termasuk kita juga akan bangga jika kita berbelanja di Negeri Jiran tsb.
Tetapi kadang sesama saudara kadang banyak terjadi masalah, penganiayaan warga negara kita pun malah semakin sering terjadi, dan tentu saja sudara kita tidak mau mengurusi masalah sekecil ini apalagi hanya warga negara yang tidak punya pengaruh apa-apa seperti para TKI, bahkan ketika tamu yang diundangnya dipukuli "bodyguard" mereka pun, saudara kita itu gengsi untuk minta maaf karena itu hanya anak Saudara yang tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Bahkan pernah juga Saudara kita merebut warisan yang kita punya dari para Penjajah dan mereka berhasil, tanpa ingat bahwa kita adalah Saudara.
Tragis sekali memang, tapi itulah nasib saudara serumpun yang ramah, dan selalu tersenyum. Kalo bukan Negara kita yang melindungi warganya, yang mengangkat harkat dan martabatnya, lalu siapa? Entahlah mungki hanya Tuhan yang tau.
Tahun demi tahun berlalu kemajuan melaju dengan pesatnya di Negara Saudara kita, sedangkan kita tetap "lari ditempat" bahkan sesekali jatuh tersandung berbagai masalah. Dan tentu saja kita tetap bersaudara dengan kawan kita yang satu rumpun yang belakangan menjadi negara tujuan untuk para pencari nafkah yang ingin keluarganya tetap dapat hidup dengan layak (selayaknya bangsa Indonesia), dalam paradigma pendidikan pun mulai bergeser, kita akan lebih bangga belajar di Malaysia daripada di negeri sendiri, yang notabene dulunya belajar sama kita. Termasuk kita juga akan bangga jika kita berbelanja di Negeri Jiran tsb.
Tetapi kadang sesama saudara kadang banyak terjadi masalah, penganiayaan warga negara kita pun malah semakin sering terjadi, dan tentu saja sudara kita tidak mau mengurusi masalah sekecil ini apalagi hanya warga negara yang tidak punya pengaruh apa-apa seperti para TKI, bahkan ketika tamu yang diundangnya dipukuli "bodyguard" mereka pun, saudara kita itu gengsi untuk minta maaf karena itu hanya anak Saudara yang tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Bahkan pernah juga Saudara kita merebut warisan yang kita punya dari para Penjajah dan mereka berhasil, tanpa ingat bahwa kita adalah Saudara.
Tragis sekali memang, tapi itulah nasib saudara serumpun yang ramah, dan selalu tersenyum. Kalo bukan Negara kita yang melindungi warganya, yang mengangkat harkat dan martabatnya, lalu siapa? Entahlah mungki hanya Tuhan yang tau.
Label:
Prihatin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hmmmmmmmmm. . . . ..
gmn nichhhh kabar cmuaaa...
pasti baik khann....
mau kritik blognya leh ga ???....
kalo menurut saya blognya terlalu simpell
oOo ya buat PAK YUDI yang guuuuaaaaannnntttteeeeeennnnnngggggg.
kata pacarnyaaaa Kuaaaaapannnnnnn
Niiiiiiiikkkkkkkaaaahhhhhhhhhhh
Posting Komentar